Rabu, 1/9/2010 | 18:11 WIB
KOMPAS.com — Ketika Anda dan pasangan memutuskan untuk menikah, berarti Anda telah siap untuk melakukan berbagai hal secara bersama-sama. Tidak hanya melakukan berbagai kegiatan secara bersama, tetapi jugamenghabiskan sisa hidup Anda bersama-sama.
Demi membangun hubungan perkawinan yang harmonis, Anda mungkin telah dijejali berbagai macam aturan ketika menikah. Namun, ternyata tidak semua aturan tersebut berlaku pada setiap pasangan. "Mendobrak beberapa aturan pernikahan bisa jadi menguntungkan, yang dapat Anda lakukan untuk hubungan Anda," ujar Barbara Bartlein, RN, MSW, psikoterapis dan penulis Why Did I Marry You Anyway?. Berikut adalah 10 aturan pernikahan yang dapat Anda langgar.
1. Jangan pernah tidur dalam keadaan marah
Berusaha menyelesaikan masalah ketika Anda dalam keadaan lelah setelah bekerja dan merasa stres justru akan menciptakan masalah tersendiri, kata Elizabeth Lombardo, PhD, psikolog dan penulis A Happy You: Your Ultimate Prescription for Happiness. "Setuju atau tidak, ada baiknya jika Anda meninjau kembali masalah setelah Anda cukup istirahat."
2. Jujur 100 persen
Dalam pernikahan, jujur 100 persen kadang-kadang bukan keputusan yang baik. Tidak semua orang bisa menerima kenyataan dari suatu kejujuran. Seperti kata Col Nathan Jessep (diperani Jack Nicholson) dalam film A Few Good Men (1992), "You can't handle the truth!" Salah satu rahasia yang tak perlu diungkapkan adalah soal mantan. "Anda tidak perlu menjelaskan secara rinci tentang hubungan masa lalu," kata Bartlein. "Hal itu akan menyebabkan Anda membanding-bandingkan, dan ketika Anda membandingkan, pasangan akan merasa tersinggung." Intinya adalah Anda perlu bersikap sopan dan peduli terhadap perasaan pasangan.
3. Jangan berlibur tanpa pasangan
Bila Anda bisa mengambil cuti bersama suami, ada baiknya Anda berlibur bersama. Hal ini memang tidak selalu sukses, terutama jika Anda dan pasangan memiliki kesukaan yang sangat berbeda tentang liburan. Misalnya, Anda senang ke tempat yang banyak malnya, sedangkan suami senang wisata alam.
Sisi buruk lainnya, bila selalu berlibur bersama, Anda merasa harus menjadi segalanya bagi satu sama lain. Hal ini tidak realistis, demikian menurut Dr Lombardo. Usahakan agar masing-masing tetap memiliki "me-time"-nya. Meskipun begitu, pastikan juga Anda tidak selalu berlibur sendiri-sendiri.
4. Ketika Anda bertengkar, itu adalah awal perceraian
Sebenarnya, kata Bartlein, ada penelitian yang menunjukkan bahwa pasangan yang pernah beradu pendapat akan dapat menahan diri untuk menghindari konflik. Jika ada masalah dengan pasangan, ada baiknya apabila Anda menemukan cara tersendiri untuk berargumentasi (tanpa menyalahkan atau menghindari, dan lain sebagainya). Bagaimanapun juga, terlalu menurut apa kata suami juga tidak selalu baik.
5. Anak harus menjadi prioritas utama
"Sering kali, setelah pasangan memiliki seorang anak, seakan mereka menahan hubungan mereka dan berusaha menjadi orang tua yang baik," kata Dr Lombardo. Seharusnya, hubungan suami-istrilah yang harus diutamakan. Memprioritaskan hubungan Anda tidak hanya lebih baik untuk Anda, tetapi juga bagi anak-anak Anda. Anak akan merasa lebih aman dan nyaman bila melihat hubungan orangtuanya yang penuh kasih.
6. Tidak boleh tidur terpisah
Pasangan akan tidur lebih baik apabila tidur bersama? Ah, itu hanya mitos! Bila salah satu pasangan membutuhkan lampu baca yang akan menyala hingga pagi hari, atau suami tidur ngorok, boleh-boleh saja jika Anda memilih pindah ke kamar anak. "Mendapatkan tidur yang nyenyak sangat penting untuk kesehatan pikiran, tubuh, dan pernikahan," kata Dr Lombardo. Tetapi, pastikan tidur yang terpisah bukan disebabkan karena menghindari hubungan seks atau keintiman.
7. Harus punya hobi yang sama
Sering menghabiskan waktu luang bersama pasangan ternyata belum tentu baik untuk pernikahan Anda. Terlebih apabila Anda harus menghentikan berbagai kegiatan yang Anda sukai karena suami tidak menyukainya. "Menyerah serupa dengan meninggalkan kebebasan Anda, dan tanpa kemerdekaan dalam pernikahan orang akan merasa terjebak," kata Bartlein. Oleh karena itu, agar tidak saling menghambat, ada baiknya Anda menemukan kegiatan yang dapat dinikmati bersama.
8. Jika tidak ada percikan lagi, berarti pernikahan Anda gagal
Pasangan menikah pasti tahu bahwa cinta yang berbunga-bunga lama-kelamaan akan memudar setelah hubungan berlangsung lama. "Tetapi masih banyak percaya bahwa ketika percikan cinta itu padam, berarti mereka berada dalam hubungan yang salah, dan akan mencari sesuatu yang baru," kata Bartlein. Hubungan untuk jangka panjang dapat bertahan apabila ada komitmen dan kepercayaan serta cinta yang tumbuh.
9. Bosan adalah kondisi yang mengkhawatirkan
Sebuah hubungan yang penuh drama, mungkin akan merasa menyenangkan, tetapi tidak akan sehat dalam jangka panjang. Mana yang lebih mendingan, bosan menebak-nebak ke mana suami keluyuran tiap malam, atau senang karena hubungan yang naik-turun terus? "Lebih baik memiliki rasa aman, santai, atau hidup yang membosankan tiap hari. Karena dengan demikian, Anda akan selalu dapat menyuntikkan kegembiraan dengan berbagi liburan dan kegiatan," kata Bartlein. Jika Anda memang merasakan kebosanan, coba sampaikan pada suami apa yang membuat Anda bosan.
10. Melakukan hubungan seks untuk membuat suami bahagia
Ini mungkin menjadi masalah khusus bagi perempuan. "Seks belum menjadi agenda Anda, dan Anda mengira harus melakukan hubungan seks demi keutuhan pernikahan, atau demi kebahagiaan pasangan," kata Dr Lombardo. Tidak ada yang salah sih dengan alasan tersebut. Namun yang terpenting, seks adalah untuk membahagiakan Anda dan pasangan, bukan salah satu pihak saja.
M05-10
Editor: Dini
0 comments:
Post a Comment